Friday, March 6, 2020

Syarah Riyadhus Shalihin Bab 68. Wara' Dan Menjauhi Segala Yang Syubhat.

Allah ﷻ berfirman:
۞وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٌ۞
“Dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal benar.”
(QS. An-Nûr: 24: 15)

Allah ﷻ berfirman:
۞إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلْمِرْصَادِ۞
“Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.” 
(QS. Al-Fajr: 89: 14)

Hadits 586.
وَعَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: « إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَن اتَّقَى الشُّبُهاتِ، اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ، وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمىَ يُوشِكُ أَنْ يَرْتَع فِيهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ: أَلاَ وَهِيَ اْلقَلْبُ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَرَوَيَاهُ مِنْ طُرُقٍ بِأَلْفَاظٍ مُتَقَارِبَةٍ.
Daripada An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu anhuma dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, di antara keduanya ada hal-hal yang syubhat, tidak banyak manusia yang mengetahuinya. Barangsiapa yang berhati-hati dari syubhat maka akan bersih agamanya dan kehormatannya dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam yang syubhat maka ia akan terjerumus ke dalam yang haram, bagaikan penggembala yang menggembala (hewannya) di sekitar tempat terlarang, hampir saja (hewan-hewannya itu) bermain ke dalamnya. Ingatlah bahwa tiap raja mempunyai tempat terlarang (tidak boleh orang lain untuk memasukinya). Ingatlah bahwa larangan Allah itu ialah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik, maka baiklah semua jasad dan jika rusak, maka rusaklah semua jasad, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.

[Shahih Al-Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599]

Keduanya meriwayatkan dengan lafazh yang serupa.

Hadits 587.
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ تَمْرَةً فِي الطَّرِيْقِ، فَقَالَ: « لَوْلاَ أَنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ مِنَ الصَّدَقَةِ لأَكَلْتُهَا ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Anas radhiyallahu anhu ia berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati sebuah kurma di jalan, maka baginda pun bersabda,

“Seandainya aku tidak khawatir kalau kurma ini merupakan sedekah, niscaya aku akan makan.”

[Shahih Al-Bukhari no. 2055, 2431. Muslim no. 1071]

Hadits 588.
وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « اْلبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلَعَ عَلَيْهِ النَّاسُ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada An-Nawwas bin Sam'an radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baginda bersabda,

“Al-birr (kebaikan) itu adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah segala sesuatu yang meragukan hati dan kamu benci apabila diketahui orang.”

[Shahih Muslim no. 2553]

Hadits 589.
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبِدٍ رضيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُوٰلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: « جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ؟ » قُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: « اسْتَفْتِ قَلْبَكَ، اْلبِرُّ: مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ اْلقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوكَ » حَدِيْثٌ حَسَنٌ، رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالدَّارَمِيُّ فِي ( مُسْنَدَيْهِمَا ).
Daripada Wabishah bin Ma'bab radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka baginda bersabda, “Kamu datang untuk bertanya tentang al-birr (kebaikan)?”

Aku menjawab, “Benar.”

Baginda bersabda, “Tanyakan pada hatimu, kebaikan adalah semua yang membuat hatimu tenang terhadapnya, sedangkan dosa adalah semua yang membuat hatimu bimbang terhadapnya dan hatimu ragu walaupun orang-orang telah memberimu fatwa (bahwa hal itu tidak berdosa).”

[Hr. Ahmad dalam Al-Musnad no. (4/228). Ad-Darimi dalam Sunannya no. 2533. Abu Ya'la dalam Musnadnya no. 1586. At-Thabrani dalam Al-Kabir no. 22/148, dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Sahihut Targibi wat Tarhib no. 1734 dan Shahih Al-Jami no. 948]

Hadits 590.
وَعَنْ أَبِي سِرْوَعَةَ (بِكَسْرِ السِّيْنِ الْمُهْمَلَةِ وَفَتْحِهَا) عُقْبَةَ بْنِ الْحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً لِأبِي إِهَابِ بْنِ عَزِيزٍ، فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي قَدْ تَزَوَّجَ بِهَا، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ: مَا أَعْلَمُ أَنَّكِ أَرْضَعْتِني وَلَا أَخْبَرتِني، فَرَكَبَ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالمَدِينَةِ، فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « كَيْفَ، وَقَدْ قِيلَ؟، » فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ.
Daripada Abu Sirwa'ah Uqbah bin Al-Harits radhiyallahu anhu bahwasanya, dia menikah dengan Zainab putri Abu Ihab bin Aziz, tiba-tiba datang seorang wanita kepadanya dan berkata, “Aku dahulu telah menyusui Uqbah dan wanita yang dinikahinya itu.”

Maka Uqbah berkata, “Aku tidak tahu kalau engkau pernah menyusuiku dan engkau sendiri tidak memberitahu hal itu kepadaku.”

Kemudian Uqbah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah untuk bertanya kepada baginda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana lagi, sudah dijelaskan.”

Maka Uqbah pun menceraikan istrinya, kemudian wanita itu menikah dengan orang lain.

[Shahih Al-Bukhari no. 88, 264]

Hadits 591.
وَعَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَليٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِْيبُكَ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Daripada Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, “Aku menghafal (sebuah hadits) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Tinggalkan apa yang meragukanmu dan kerjakan apa yang tidak kamu ragukan.”

[Hr. At-Tirmidzi no. 2518 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 3377 Ghayah Al-Maram no. 179 dan Irwa' Al-Ghalil no. 2074.

Hadits 592.
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ لِأبِي بَكْرٍ الصَّدِّيْقِ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ غُلَامٌ يُخْرِجُ لَهُ الْخَراجَ وَكَانَ أَبُوْ بَكْرٍ يَأْكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ، فَجَاءَ يَومًا بِشَيءٍ، فَأَكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ لَهُ الغُلَامُ: تَدْرِي مَا هَذَا؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: كُنْتُ تَكَهَّنْتُ لإِنْسَانٍ فِي الْجاهِلِيَّةِ وَمَا أُحْسِنُ اْلكَهَانَةَ إِلاَّ أَنِّي خَدَعْتُهُ، فَلَقِيَنِي، فَأَعْطَانِي بِذَلِكَ هَذَا الَّذِي أَكَلْتَ مِنْهُ، فَأَدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَقَاءَ كُلَّ شَيءٍ فِي بَطْنِهِ، رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ .
Daripada Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, “Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu anhu mempunyai seorang budak yang bertugas membawa bekal untuknya. Dan Abu Bakar selalu makan dari bekal itu. Tiba-tiba pada suatu hari budak itu datang membawa makanan, maka dimakan oleh Abu bakar, kemudian budak itu bertanya, “Tahukah kamu apa ini?”

Abu Bakar bertanya, “Apa ini?”

Dia menjawab, “Ini adalah ganti dari upah perdukunan yang pernah aku lakukan pada masa jahiliyah, sebenarnya aku tidak mahir perdukunan tetapi aku menipu seseorang lelaki lalu dia bertemu denganku dan memberikan itu.”

Maka Abu Bakar segera memasukkan jarinya ke dalam mulutnya sehingga memuntahkan semua isi perutnya.

[Shahih Al-Bukhari no. 2842]

Hadits 593.
وَعَنْ نَافِعٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عَنْهُ، كَانَ فَرَضَ لِلْمُهاجِرِيْنَ اْلأَوَّلِيْنَ أَربَعَةَ آلافٍ، وَفَرَضَ لابْنِهِ ثَلَاثَةَ آلَافٍ وَخَمْسَمِائةٍ، فَقِيْلَ لَهُ: هُوَ مِنَ المُهَاجِرِيْنَ فَلِمَ نَقَصْتَهُ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا هَاجَرَ بِهِ أَبُوهُ يَقُوْلُ: لَيْسَ هُوَ كَمَنْ هَاجَرَ بِنَفْسِهِ. رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ.
Daripada Nafi', bahwasanya Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu anhu mewajibkan agar sahabat Muhajirin generasi pertama diberikan masing-masing empat ribu, tetapi untuk putranya sendiri (Ibnu Umar) hanya diberi tiga ribu lima ratus. Dan ketika ditanya, “Dia (anakmu juga termasuk) Muhajirin, mengapa kamu kurangi bagiannya?” 

Umar menjawab: “Ia dibawa hijrah oleh ayahnya, nilainya tidak sama dengan orang yang berhijrah sendiri.”

[Shahih Al-Bukhari no. 3912]

Hadits 594.
وَعَنْ عَطِيَّةَ بْنِ عُرْوَةَ السَّعْدِيِّ الصَّحَابِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ « لَايَبْلُغُ اْلعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِن الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَالَا بَأْسَ بِهِ حَذْرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ ». رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ.
Daripada Athiyah bin Urwah As-Sa'di radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah seorang hamba mencapai derajat orang-orang yang bertakwa, hingga dia meninggalkan perbuatan yang tidak berdosa, agar tidak terjerumus pada perbuatan yang dosa.”

[Hr. At-Tirmidzi no. 2451 dinilai Dhaif oleh Syaikh Al-Albani dalam Dhaif At-Tirmidzi no. 430]

Syarah Riyadhus Shalihin Bab 78. Perintah Bagi Para Penguasa Untuk Bersikap Lembut Dan Kasih Sayang Terhadap Rakyat Serta Larangan Menipu Rakyat Atau Berlaku Keras Terhadap Mereka Juga Mengabaikan Keperluan mereka.

  Allah ﷻ berfirman : ۞وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ۞ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman...