عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضِيَ اللَّهُ عَنْهٌمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيهِ ».
Daripada Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan terhadap kenalan baik ayahnya.”
[Shahih Al-Bukhari no. dalam Al-Adabul Mufrad no. 41 Muslim no. 2552]
Hadits no. 342
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّه عَنْهٌمَا أَنَّ رَجُلاً مِنَ الْأَعْرابِ لَقِيَهُ بِطَرِيقِ مَكَّة، فَسَلَّمَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، وَحَمَلَهُ عَلَى حِمَارٍ كَانَ يَرْكَبُهُ، وَأَعْطَاهُ عِمَامَةً كَانَتْ عَلَى رَأْسِهِ، قَالَ ابْنُ دِينَارٍ: فَقُلْنَا لهُ: أَصْلَحَكَ اللَّهُ إِنَّهمْ إِلْأَعْرَابُ وَهُمْ يَرْضَوْنَ بِالْيَسِيرِ. فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ: إِنَّ هَذَا كَانَ وَدَّالِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: « إِنَّ أَبَرَّ البِرِِّ صِلَةُ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ ».
Daripada Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu bahwa seorang lelaki Arab Badwi bertemu denganya di salah satu jalan kota Mekah. Lalu Abdullah bin Umar memberi salam kepadanya dan memberikan keledai yang sedang dinaikinya, dan diberinya serban yang sedang dipakai di kepalanya.
Ibnu Dinar berkata, “Maka kami katakan kepada Ibnu Umar, “Semoga Allah selalu memberi kebaikan kepadamu. Sesungguhnya orang itu adalah orang Badwi dan mereka senang sekali diberi walaupun hanya sedikit.”
Lalu Abdullah bin Umar menjawab, “Sesungguhnya ayah orang ini adalah kenalan baik (ayahku) Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu anhu dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan (terhadap orang tua) adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan baik ayahnya.”
[Shahih no. Muslim no. 2552]
Dalam suatu riwayat lain dari Ibnu Dinar, dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu bahwa menurutnya apabila Ibnu Umar pergi ke Mekah selalu membawa keledai sebagai ganti unta, apabila ia merasa jenuh, dan ia biasa memakai serban di kepalanya saat tertentu. Suatu saat ketika ia pergi ke Mekah dengan mengendarai keledainya, tiba-tiba ada seorang Arab Badwi lewat, maka Ibnu Umar bertanya, “Apakah kamu ini adalah si fulan bin fulan?” Orang Arab Badwi tersebut menjawab, “Benar.”
Lalu Ibnu Umar memberikan keledainya kepada orang Arab Badwi itu sambil berkata, “Naikilah.” Ia juga memberikan serbannya dan berkata, “Pakailah serban ini di kepalamu.” Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepada Ibnu Umar, “Semoga Allah mengampunimu wahai Ibnu Umar, kamu telah memberikan kepadanya seekor keledai yang biasa kamu jadikan kendaraanmu dan serban yang kamu ikatkan di kepalamu kepada orang Arab Badwi itu.”
Maka Ibnu Umar menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan dengan kenalan baik ayahnya sepeninggal ayahnya.” Dan sesungguhnya bapak orang Badwi ini dahulu adalah kenalan baik (ayahku), Umar bin Al-Khatthab.”
Riwayat ini seluruhnya di riwayat Imam Muslim.
[Shahih Muslim no. 2552]
Penjelasan.
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan hukum-hukum berbakti kepada orang tua dan jalinan silaturrahim, beliau menyebutkan hukum-hukum menjalin hubungan sahabat kedua orang tua dan kerabatnya kerana adanya hubungan di antara mereka dengannya, atau di antara mereka dengan kedua orang tuanya. Kemudian An-Nawawi menyebutkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhu tentang kisah yang menakjubkan. Setiap kali Ibnu Umar pergi ke Mekah untuk menunaikan haji beliau selalu membawa keledai sebagai kendaraan kedua pengganti unta, kemudian ia istirahatkan keledai dan ia menaiki untanya.
Pada suatu hari, Ibnu Umar bertemu dengan seorang Badwi dan ia menegurnya, “Apakah kamu fulan bin fulan?” Ia menjawab, “Benar.” Kemudian ia turun dari keledainya dan berkata, “Ambillah keledai ini dan naikilah!” Ia juga memberinya serban yang membelit di kepalanya, lalu ia berkata, “Ikatlah kepalamu dengan serban ini!”
Kemudian dikatakan kepada Abdullah bin Umar, “Semoga Allah menambah kebaikan padamu, atau mengampunimu!” Mereka itu orang Arab Badwi, mereka juga senang jika diberi kurang daripada itu.” Artinya bagaimana kamu harus turun dari keledaimu dan rela berjalan kaki, ditambah lagi memberikan serban satu-satunya yang membelit di kepalamu, padahal ia adalah seorang Arab Badwi yang senang jika diberi kurang daripada itu.
Kemudian ia menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yang menyambung tali persaudaraan terhadap kenalan baik ayahnya.” Yakni sebaik-baik kebajikan adalah apabila bapak, ibu atau kerabatnya meninggal, lalu ia berbuat baik kepada orang yang dikenal waktu hidup, bukan hanya sahabat saja bahkan kerabat sahabatnya juga.
Ayah orang Arab Badwi itu dahulu adalah sahabat baik bapaknya, yakni Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu anhu, kerana ia sahabat ayahnya, maka ia memuliakannya sebagai bakti kepada orang tuanya, yakni Umar bin Al-Khatthab.
Hadits ini menunjukkan betapa senang dan bersegeranya para sahabat radhiyallahu anhum dalam melaksanakan amal shalih, kerana Ibnu Umar mengambil manfaat besar dari hadits ini. Ia melaksanakan penghormatan kepada orang Arab Badwi tersebut hanya kerana bapaknya adalah sahabat baik Umar, bagaimana pendapat anda jika orang ini bertemu dengan sahabatnya Umar? Pasti ia akan lebih memuliakannya.
Terdapat faedah dalam hadits ini, bahwasanya jika bapak atau ibumu memiliki sahabat maka muliakanlah ia, atau anda bertemu dengan para wanita sahabat ibumu atau para sahabat bapakmu maka muliakanlah mereka, kerana perbuatan ini termasuk bentuk berbakti kepada keduanya.
Hadits ini juga menunjukkan betapa luasanya rahmat Allah Ta'ala, kerana pintu kebaikan itu sangat luas tidak terbatas pada bapak atau ibu saja, tetapi juga mencakup berbuat baik kepada sahabat keduanya. Jika anda berbuat baik kepada mereka, pada hakikatnya anda telah berbakti kepada orang tua dan akan dibalas pahala berbakti kepada keduanya. Inilah nikmat Allah Ta'ala, membuka seluas-luas pintu kebaikan bagi hamba-Nya dan memperbanyaknya bagi mereka, sehingga ia dapat memasukinya dari sisi mana pun.
Kita memohon kepada Allah semoga kita dan seluruh kaum muslimin termasuk orang-orang yang berbakti. Sungguh Dialah yang Maha Pengasih lagi Mahamulia. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan semua sahabatnya. Aamiin.
Hadits no. 343.
وَعَنْ أَبِي أَسَيْدٍ بِضَمِِّ الْهَمزَةِ وَفَتْحِ السِِّينِ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعَدِيِِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: بَيْنَا نحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ: رَسُولَ اللهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرَّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ فَقَالَ: « نَعَمْ، الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالْاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِ هِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لاَ تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا، وإِكْرَمُ صَدِيقِهِمَا » رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ.
Daripada Abu Usaid bin Rabi'ah As-Sa'idi radhiyallahu anhu ia berkata, “Tatkala kami duduk di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba ada seorang lelaki dari Bani Salamah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada kebaikan yang dapat aku lakukan terhadap kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya, (masih), yaitu mendoakan bagi keduanya, memohon keampunan keduanya, melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, menyambungkan silaturrahim yang tidak dapat tersambung kecuali melalui keduanya, dan memuliakan kenalan baik mereka.”
[HR. Abu Dawud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664, dinilai Dhaif oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykatul Mashabih no. 4936]
Hadits no. 344.
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا. ومَا رَأَيْتُهَا قَطُّ، وَلَكنْ كَانَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا، وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ، ثُمَّ يُقَطِّعُهَا أَعْضَاءً، ثُمَّ يَبْعثُهَا فِي صَدَائِق خدِيجةَ، فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ: كَأَنْ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا إِلَّا خَدِيجَةُ، فَيَقُولُ: « إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ » مُتَّفقٌ عَلَيْهِ .
Daripada Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Aku tidak pernah berasa cemburu terhadap istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain kecuali Khadijah radhiyallahu ‘anha, padahal aku tidak pernah berjumpa dengannya, tetapi kerana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyebut-nyebutnya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering menyembelih kambing, kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian dan kirimkan kepada teman-teman baik Khadijah. Aku terkadang berkata kepada Rasulullah, “Seolah-olah di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Khadijah itu begini dan begitu, dan dari dialah aku dikurniakan anak.”
[Shahih Al-Bukhari no. 4818 dan Muslim no. 2435]
Dalam riwayat lain dikatakan kepadanya, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih kambing, Rasulullah memberikan kepada kenalan-kenalan baik Khadijah secukupnya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 3816 dan Muslim no. 2435]
Dalam riwayat lain dikatakan, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih kambing, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kirimlah daging ini kenalan-kenalan Khadijah.”
[Shahih Musim no. 2435]
Dalam riwayat lain dikatakan, “Halah binti Khuwailid saudara Khadijah pernah meminta izin untuk masuk ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam teringat cara Khadijah meminta izin, maka terharulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya bersabda, “Ya Allah inilah Halah binti Khuwailid.”
[Shahih Al-Bukhari no. 3821 dan Muslim no. 2437]
Penjelasan.
Sungguh masih terbuka pintu berbuat kebaikan terhadap orang tua sepeninggalnya, seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada kebaikan yang dapat aku lakukan terhadap kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya, (masih), yaitu mendoakan bagi keduanya,” yaitu mendoakan untuk keduanya, dan bukan yang dimaksud shalat jenazah, akan tetapi yang dimaksud adalah doa, sebagaimana firman Allah Ta'ala,
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoakan untuk mereka.”
(QS. At-Taubah: 9: 103)
Begitu juga setiap kali ada sedekah yang dibawakan kepadanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, semoga keselamatan tercurah untuk keluarga Abu Aufa.” Sebagaimana Abdullah bin Abu Aufa ketika ia membawa sedekah kaumnya kepada Rasulullah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, semoga keselamatan tercurah kepada keluarga Abu Aufa.”
[Shahih Al-Bukhari no. 4166 dan Muslim no. 1078]
Rasulullah mendoakan keselamatan untuk mereka.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “mendoakan bagi keduanya,” yaitu istighfar ke duanya, setiap orang harus beristighfar untuk kedua orang tuanya. Atau dengan mendirikan shalat, lalu berdoa, “Ya Allah, curahkan keselamatan kepada kedua orang tuaku,” atau mendoakan mereka agar masuk surga, selamat dari siksa api neraka dan sebagainya.
Sedangkan, “melaksanakan janji-janji keduanya,” yakni melaksanakan wasiatnya.
Inilah lima hal berbuat baik kepada kedua orang tua sepeninggalnya; mendoakan, memohon ampunan, memuliakan sahabatnya, menunaikan wasiatnya, dan menjalin tali persaudaraan yang tidak mungkin kecuali dengan keduanya.
Adapun sedekah untuk keduanya, membaca Al-Qur'an, atau shalat; misalnya seseorang shalat dua rakaat kemudian ia mengatakan pahala shalat ini saya hadiahkan untuk kedua orang tua saya, hal ini tidak diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menunjukkannya.
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila matinya anak adam, maka terputuslah daripadanya amalannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariah atau ilmu yang dimanfaatkan dengannya atau anak yang shalih yang mendoakannya.”
[Shahih Muslim no. 1631. An-Nasa’i no. 3651. At-Tirmidzi no. 1376 dan Abu Dawud no. 2880]
Rasulullah tidak mengatakan anak shalih yang menghadiahkan pahala sedekah untuknya shalat, haji, umrah dan sebagainya, tetapi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Mendoakannya,” maka doa itu lebih baik daripada amal shalih untuk kedua orang tua kita.
Tetapi, seandainya seseorang melakukan sesuatu dan meniatkannya untuk kedua orang tuanya, maka hal ini tidaklah mengapa, kerana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang Sa'ad bin Ubadah bersedekah untuk ibunya bahkan ia mengizinkannya.
Inilah lima amalan yang merupakan bentuk dari berbakti kepada kedua orang tua sepeninggalnya.
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan hadits dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Aku tidak pernah berasa cemburu terhadap istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain kecuali Khadijah radhiyallahu ‘anha.” Cemburu adalah perasaan jiwa dalam diri seseorang yang ingin memperlakukannya secara khusus daripada yang lainnya, oleh kerana itu disebut “ghirah” kerana ia tidak menginginkan orang lain menjadi kekasih orang yang dicintainya dan orang yang paling cemburu adalah istri-istri yang dimadu.
Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah istri kesayangan Rasulullah. Rasulullah tidak mencintai seorang pun sepertinya setelah Khadijah. Rasulullah sangat mencintai Khadijah kerana ia adalah ibu dari anak-anaknya -kecuali Ibrahim kerana ia berasal dari Mariah- kedua kerana ia yang membantu dan menolongnya pada awal kenabian. Khadijah membantu Rasulullah dengan harta kekayaannya, oleh kerananya Rasulullah tidak pernah lupa kepadanya.
Di Madinah, apabila Rasulullah menyembelih kambing, Rasulullah mengkhususkan beberapa bagian daging untuk sahabat-sahabat Khadijah. Hal ini membuat Aisyah cemburu dan mengatakan, “Seolah-olah di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Khadijah itu begini dan begitu,” yaitu ia telah melakukan ini dan itu dan Rasulullah menyebutkan sifat-sifatnya yang sangat baik.
“Dan hanya dengan dialah aku dikaruniai anak.” Semua anaknya yaitu empat putri dan tiga laki-laki kecuali satu yaitu Ibrahim radhiyallahu anhu, kerana ia berasal dari ibu Mariah Al-Qibtiyyah yang diserahkan raja Qibti, maka semua anaknya berasal dari Khadijah radhiyallahu anha. Oleh kerana itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Khadijah itu begini dan begitu dan dari dialah aku dikaruniai anak.”
Dalam hadits ini dapat diambil faedah bahwasanya memuliakan sahabat seseorang sepeninggalnya itu termasuk memuliakannya, dan perbuatan baik terhadapnya, baik itu kedua orang tua, suami istri, sahabat atau kerabat, maka memuliakan sahabat yang telah meninggal itu termasuk dalam memuliakannya.
Hadits no. 345.
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَرجْتُ مَعَ جَرِيرِ بْن عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَليِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ فِي سَفَرٍ، فَكَانَ يَخْدُمُنِي فَقُلْتُ لَهُ: لَا تَفْعلْ، فَقَالَ: إِنِّي قَدْ رَأَيْتُ الْأَنْصَارَ تَصْنَعُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا آلَيْتُ عَلَى نَفْسِي أَلاَّ أَصْحَبَ أَحَدًا مِنْهُمْ إِلاَّ خَدَمْتُهُ. مُتُفقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Anas bin Malik radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku keluar bersama Jahir bin Abdullah Al Bajali radhiyallahu anhu dalam suatu perjalanan. Dia selalu melayan aku, maka aku berkata kepadanya, “Kamu jangan buat seperti itu.”
Dia menjawab, “Sesungguhnya aku telah melihat sahabat Anshar sentiasa berkhidmat pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal, maka aku pun bersumpah pada diriku tidak akan berkawan seorang pun dari kalangan mereka melainkan, aku akan berkhidmat dengannya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 2888 dan Muslim no. 2513]
Penjelasan.
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan sebuah hadits dari Jarir bin Abdullah Al-Bajali radhiyallahu anhu, suatu ketika ia dalam perjalanan dan selalu melayani sahabatnya dari Anshar, dalam hal itu dikatakan, yakni “Bagaimana engkau berkhikmat kepada mereka, sedangkan engkau adalah sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Maka ia pun berkata, “Sesungguhnya aku telah melihat sahabat Anshar sentiasa berkhidmat pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal, maka aku pun bersumpah pada diriku tidak akan berkawan seorang pun dari kalangan mereka melainkan, aku akan berkhidmat dengannya.”
Inilah cara memuliakan orang yang telah memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi w sallam. Memuliakan sahabat seseorang itu sama halnya dengan memuliakan orang tersebut, menghormati sahabatnya sama halnya menghormatinya. Oleh kerana itu, sahabat radhiyallahu anhu ini memuliakan mereka sebagai tanda memuliakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan