۞مُحَمَّدُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّ آءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَبْنَهُمْ۞
“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam).”
(QS. Al-Fath: 48: 29) (Sehingga habis surah)
Allah ﷻ berfirman:
۞وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلاْ يْمـٰنَ مِن قَبْلهِمْ يُحِبَّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ۞
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah ke tempat mereka.” (QS. Al-Hasyar: 59: 9)
Hadits no. 374.
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإَ ِيَمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُما، وأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلاَّ للَّهِ، وَأَنْ يَكْرَه أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Anas radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa yang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih lebih dicintai daripada selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali kerana Allah, dan membenci kembali pada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”
[Shahih Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43]
Hadits no. 375.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجلَّ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مَعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ حُسْنٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ، فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ » مُتَّفقٌ عَلَيْه.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Pemimpin yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang mengeluarkan sedekah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 660, 1423, 6479,6806 dan Muslim no. 1031]
Penjelasan.
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebut bab, “Keutamaan cinta dan benci kerana Allah, serta ungkapan kecintaan seseorang kepada orang yang dicintainya dan apa yang dikatakannya tatkala ia mengetahui.”
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebut bab, “Keutamaan cinta dan benci kerana Allah, serta ungkapan kecintaan seseorang kepada orang yang dicintainya dan apa yang dikatakannya tatkala ia mengetahui.”
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan beberapa dalil tentang empat masalah ini. Pertama menyebutkan firman Allah, “Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri (umat Islam).” Yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Dan orang-orang yang bersama dengannya.” Yakni para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Dan sebaiknya bersikap berkasih sayang serta belas kasian sesama sendiri.” Yaitu saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya.
“Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” Ketika kalian melihat mereka sedang shalat, kalian mendapati dalam keadaan ruku' dan sujud, tunduk kepada Allah Ta'ala dan mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak mengharapkan sedikit pun dari harta dunia, tetapi sangat berharap karunia dan ridha-Nya. Karunia ini adalah pahala di sisi-Nya, dan ridha-Nya adalah Allah meridhai mereka.
“Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud.” Yaitu ciri-ciri mereka terlihat pada wajah-wajah mereka dari bekas sujud. Ciri-ciri ini adalah pancaran cahaya dari wajah mereka. Cahaya wajah ini memancar dari sujud mereka kepada Allah Ta'ala. Ciri ini bukan yang terlihat di kening. Barangkali tanda ini merupakan tanda kerana seringnya bersujud, tetapi yang dimaksud dengan tanda dalam ayat ini adalah cahaya yang memancar di wajah.
“Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat.” Yaitu sifat ini terdapat dalam kitab Taurat. Allah Ta'ala mengistimewakan umat ini dengan menyebutkan sifat-sifat Rasul-Nya dalam kitab Taurat dan Injil, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala,
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS. Al-A'râf: 7: 158)
“Dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penaman-penamannya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” Permisalan mereka seperti tanaman, “Yang mengeluarkan tunasnya,” yaitu tunas baru selain induknya. “Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia,” yaitu keberadaannya menguatkan dan mengokohkan induknya. “Dan tegak lurus di atas pokoknya,” yaitu tunas itu berdiri tegak dan menyamai induknya. “Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya,” yaitu para pakar tanaman terkagum dengan tanaman yang kuat ini ia memiliki induk yang dikuatkan oleh tunas-tunas kuat yang menyamainya.
“Kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir,” yaitu Allah hendak membuat semua anak-anak Adam yang kafir marah dan jengkel. “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar,” yaitu ampunan atas semua dosa yang telah diperbuat dan pahala atas amal shalih yang telah mereka usahakan.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin).” (QS. Al-Hasyr: 59: 9)
Mereka itulah para sahabat Anshar radhiyallahu anhum yang Allah telah meridhai mereka. “Orang-orang yang telah menempati kota,” yaitu sahabat Anshar yang telah lama tinggal di kota Madinah. “Dan iman,” keimanan yang sesungguhnya, “Sebelum mereka, sebelum kaum muhajirin, para sahabat Anshar benar-benar telah beriman sebelum kedatangan orang-orang mukmin ke kota itu, kerana keimanan (ajaran Islam) masuk ke kota Madinah sebelum hijrah. “Mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka,” kerana mereka adalah saudara. Oleh kerana itu, ketika kaum Muhajirin hijrah ke Madinah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mempersaudarakan mereka menjadi satu saudara. Sehingga sebagian dari kaum Anshar merelakan setengah hartanya untuk kaum Muhajirin. “Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin),” yaitu kaum Anshar tidak memiliki perasan dengki sedikit pun dengan apa yang dianugerahkan kepada kaum Muhajirin yaitu keutamaan, perwalian dan pertolongan mereka untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
bersambung...
Hadits no. 376.
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَومَ لَا ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي » رَوَاهُ مُسْلِمُ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya pada hari Kiamat Allah akan berfirman, “Di manakah orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan-Ku? Pada hari ini Aku menaungi mereka di bawah naungan-Ku pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.”
[Shahih Muslim no. 2566]
Hadits no. 377.
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَ لَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ » رَوَاهُ مُسْلِمُ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kamu semua tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan tidaklah kamu semua beriman sehingga kamu semua saling berkasih sayang. Mahukah kamu semua aku tunjukkan sesuatu yang mana apabila kamu semua mengerjakannya niscaya kamu semua akan berkasih sayang, iaitu sebarkanlah salam di antara kamu semua.”
[Shahih Muslim no. 54]
Hadits no. 378
وَعَنْهُ عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَجًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا » وَذَكَرَ الْحَدِيثَ إلَى قَوْلِهِ: « إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ: » رَوَاهُ مُسْلِمْ. وَقَدْ سَبَقَ بِالْبَابِ قَبْلَهَ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada sesesorang yang menziarahi ke tempat saudaranya yang berada di kampung lain kerana Allah, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menemuinya.” Kemudian hadits itu di sebutkan sehingga pada sabdanya,
“Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu kerana-Nya.”
[Shahih Muslim no. 2567]
Hadits ini telah disebutkan terdahulu sebelum bab ini..lihat hadits no. 361.
Hadits no. 379.
وَعَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهٌمَا عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي الْأَنْصَارِ: « لَا يُحِبُّهُمْ إِلاَّ مُؤمِنٌ، وَلَا يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ، مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Al-Barra' bin 'Azib radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan mengenai sahabat Anshar,
“Tidak ada yang mencintai mereka (kaum Ansar) kecuali orang yang beriman dan tidak ada yang membenci mereka kecuali orang munafik. Barangsiapa yang mencintai mereka (Anshar) Allah akan mencintainya dan barangsiapa yang membenci mereka (Anshar) Allah akan membencinya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 528 dan Muslim no. 75]
Hadits no. 380.
وَعَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي، لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Daripada Muaz radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah berfirman, “Orang-orang saling berkasih sayang kerana keagungan-Ku, mereka akan mendapat beberapa mimbar-mimbar yang dibuat daripada cahaya yang diinginkan oleh para nabi dan orang-orang mati syahid.”
[HR. At-Tirmidzi no. 2390, Ahmad no. 5/239, 328, Ibnu Hibban no. 577 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Sahihul Jami no. 4312]
Hadits no. 381.
وَعَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ قَالَ: دَخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ، فَإِذَا فَتًى بَرَّاقُ الثَّنَايَا وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ، فَإِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيءٍ، أَسْنَدُوهُ إِلَيْهِ، وَصَدَرُوا عَنْ رَأْيِهِ، فَسَأَلْتُ عَنْهُ، فَقِيلَ: هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ هَجَّرْتُ، فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بِالتَّهْجِيرِ، وَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي، فَانْتَظَرْتُهُ حَتَّى قَضَى صَلاَتَهُ، ثُمَّ جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، ثُمَّ قُلْتُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ، فَقَالَ: آللَّهِ؟ فَقُلْتُ: أَللَّهِ، فَقَالَ: آللَّهِ؟ فَقُلْتُ: أَللَّهِ، فَأَخَذَنِي بِحَبْوَةِ رِدَائي، فَجَبَذَنِي إِلَيْهِ، فَقَالَ: أَبْشِرْ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولَ: « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ، وَالْمُتَزَاوِرِينَ فيَّ، وَالْمُتَباذِلِينَ فِيَّ » حَدِيثُ صَحِيحٌ رَوَاهُ مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّإِ بإِسْنَادِهِ الصَّحِيحِ.
Daripada Abu Idris Al-Khaulani, dia berkata, “Aku memasuki Masjid Damaskus (di Syria), ternyata di dalamnya ada seorang pemuda yang bersinar-sinar giginya (seyuman). Dan ada orang-orang yang bersamanya, apabila mereka berselisih pendapat satu perkara, mereka sandarkan kepada pemuda itu dan menerima pendapatnya. Lalu aku bertanya tentangnya, lantas ada yang menjawab bahawa pemuda itu adalah Muaz bin Jabal radhiyallahu anhu keesokan harinya, aku bersegera ke masjid pada waktu sangat pagi, ternyata aku mendapati dia telah mendahuluiku. Aku mendapati dia sedang shalat, maka aku menunggunya sehingga dia selesai shalatnya. Lalu aku menemuinya dari arah depan seraya mengucapkan salam, aku berkata kepadanya, “Demi Allah, sungguhnya aku mencintaimu kerana Allah.”
Lalu Muaz bin Jabal bertanya, “Adakah benar kerana Allah?”
Aku menjawab, “Kerana Allah.”
Dia bertanya lagi, “Adakah benar kerana Allah?”
Aku menjawab, “Kerana Allah.”
Abu Idris berkata, “lalu dia menarik hujung serbanku dan menarik diriku ke arahnya lalu dia berkata, “Bergembiralah! Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta'ala berfirman, “Wajiblah akan mendapat kasih sayang-Ku, bagi mereka yang berkasih sayang kerana-Ku, orang-orang yang duduk dimajlis kerana-Ku, orang-orang yang saling menziarahi kerana-Ku, dan orang-orang yang saling membantu kerana-Ku.”
[HR. Malik dalam Al-Muwatta no. 1711 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Sahihul Jami no. 4332]
Perkataan (هَجَّرْتُ) ertinya datang pagi-pagi. Cara bacanya dengan mentasydidkan 'jim'. Sedangkan perkataan (آللهِ؟ فَقُلْتُ أَللهِ) yang pertama dengan hamzah mamdudah (yang dipanjangkan) untuk istifham (pertanyaan), sedang yang kedua tanpa mad.
Hadits no. 382.
عَنْ أَبِي كَرِيمَةَ الْمِقْدَادِ بْنِ مَعْدِ يْكَرِبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ، فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ » رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Karimah Al-Miqdad bin Ma'dikariba radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika seseorang itu mencintai saudaranya, beritahulah kepadanya bahwa dia mencintainya.”
[HR. Abu Dawud no. 5124, Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 542, Ahmad no 4/130 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 417]
Hadits no. 383.
وَعَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: « يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ: اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ». حَدِيثُ صَحِيحٌ، رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ بإِسْنَادِِ صَحِيحِِ.
Daripada Muaz radhiyallahu anhu dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangannya lalu bersabda,
“Wahai Muaz, demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu.”
Kemudian baginda menasihatiku, “Setiap kali selesai shalat jangan kamu lupa untuk membaca, “Allahumma a'inni 'ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatika.” (Ya Allah berilah aku pertolongan untuk ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan menyempurnakan ibadah kepada-Mu).”
[HR. Abu Dawud no. 1522, Nasa'i no. 1226 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Sahihul Jami no. 7969]
Hadits no. 384.
وَعَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلاً كَانَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّ بِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأَحِبُّ هَذَا، فَقَالَ لَهُ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَأَعْلمتَهُ؟ » قَالَ: لَا قَالَ: « أَعْلِمْهُ » فَلَحِقَهُ، فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّكَ فِي اللَّه، فَقَالَ: أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْببْتَنِي لَهُ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بإِسْنَادٍ صَحِيحِِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Adakah kamu sudah memberitahunya?”
Dia menjawab, “Tidak.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beritahulah kepadanya.”
Kemudian lelaki tersebut menemui orang itu dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu kerana Allah.”
Orang itu menjawab, “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku kerana-Nya.”
[HR. Abu Dawud no. 5125, Nasa'i no. 10010, Ahmad no. 3/140,150, Ibnu Hibban no. 571 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 3253]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan