Rabu, 1 Mei 2019

Syarah Riyadhus Shalihin Bab 50. Takut Kepada Allah Ta'ala.

Allah ﷻ berfirman:
۞وَإِيَّـٰىَ فَارْهَبُونِ۞
“Dan kepada Aku-lah sahaja hendaknya kamu berasa gerun dan takut, (bukan kepada sesuatu yang lain).” 
(QS. Al-Baqarah: 2: 40)

Allah ﷻ berfirman:
۞إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِ يدٌ۞
“Sesungguhnya azab Tuhanmu (terhadap orang yang kufur dan ingkar) amatlah berat.” (QS. Al-Buruj: 85: 12)

Allah ﷻ berfirman:
۞وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ، إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ، وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلَّا لِأَجَلٍ مَعْدُودٍ، يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ۞
“Dan demikian siksa Tuhanmu, apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk). Dan Kami tidak akan menunda, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan. Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang bahagia. Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih.” (QS. Hud: 11: 102-106)

Allah ﷻ berfirman:
۞وَيُحَذِّ كُمُ اللهُ نَفْسَهُ۞
“Dan Allah memperingatkan kamu akan dari (siksa)-Nya.” (QS. Âli-Imrân: 3: 28)

Allah ﷻ berfirman:
۞يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ، وأُمِّهِ وَأَبِيهِ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ۞
Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. Abasa: 80: 34-37)

Allah ﷻ berfirman:
۞يَـٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ، يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُمْ بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ۞
Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu! Sesungguhnya, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi adzab Allah itu sangat keras.
(QS. Al-Hajj: 22: 1-2)

Allah ﷻ berfirman:
۞وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ۞
Dan orang yang takut akan keadaan dirinya di makamah Tuhannya (untuk dihitung amalnya), disediakan baginya dua surga.
(QS. Ar-Rahman: 55: 46)

Allah ﷻ berfirman:
۞وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَآءَلُونَ، قَالُوٓا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِيٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ، فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَـٰنَا عَذَابَ السَّمُومِ، إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ۞
Dan (dengan berada dalam nikmat itu) mereka berhadapan-hadapan satu sama lain sambil bertanya-tanya. Mereka berkata, Sesungguhnya kami dahulu, semasa berada dalam kalangan keluarga kami, selalu berasa cemas takut (daripada berlaku derhaka kepada Allah), maka Allah Ta'ala mengurniakan kami (rahmat dan taufik-Nya), serta memelihara kami daripada azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu tetap menyembah-Nya (dan memohon pertolongan-Nya). Kerana sesungguhnya  Dia-lah Yang Maha Melimpah Kebaikan, Maha Penyayang.” (QS. At-Tur: 52: 25-28)

Penjelasan.

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan Bab, “Takut kepada Allah.” Kepada siapakah seharusnya kita takut? Seharusnya kita hanya takut kepada Allah Ta'ala, kerana seseorang yang menyembah Allah, ia harus merasa takut dan penuh harap kepada-Nya. Ia takut ketika mengingat begitu banyak dosa dan keburukan yang telah diperbuatnya, ia takut tatkala ia melihat amal baiknya yang terkadang tersisipkan di dalamnya rasa sombong, takabbur dan riya. Tetapi ketika ia mengingat ampunan Allah, maghfirah-Nya, kemuliaan, kelembutan dan rahmat-Nya, maka ia begitu berharap, rasa takut dan harapan selalu silih berganti.

Allah Ta'ala berfirman, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan.” yaitu setelah mereka melakukan amal shalih, “Dengan hati yang takut.” khawatir kalau amalan mereka tertolak.

“Bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.”
(QS. Al-mu'minûn: 23: 60) 

Maka hendaknya bahkan wajib bagi setiap orang yang meniti jalan menuju keridhaan Allah selalu berkisar antara rasa takut dan harapan, tetapi manakah yang harus lebih dikedepankan, harapankah? Rasa takutkah? Atau menjadikan keduanya seimbang?

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Hendaknya seseorang menyatukan antara rasa takut dan harapannya, jika salah satunya dikedepankan maka ia akan binasa. Apabila harapannya itu dikedepankan maka ia termasuk orang yang merasa selamat dari adzab Allah. Namun jika rasa takutnya yang dikedepankan, maka ia termasuk orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah, hal itu sangatlah buruk, maka hendaknya ia menyatukan antara rasa takut dan harapannya.

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah ini, di antaranya firman Allah Ta'ala, “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.” Yaitu Allah Ta'ala memperingatkan kita akan siksa-Nya terhadap kita atas kemaksiatan dan dosa yang kita perbuat.

Sebagaimana firman Allah Ta'ala, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangatlah keras.”
(QS. Al-Hajj: 22: 1-2)

Seseorang juga wajib takut terhadap hari yang begitu dahsyat ini (kiamat) sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, “(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya, dikeranakan huru hara dan keterkejutan yang mereka saksikan, “Dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,mereka bingung, mereka sudah tidak bisa berpikir lagi seperti orang mabuk tetapi mereka tidaklah mabuk, “Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangatlah kerasnya.”

Allah Ta'ala berfirman, “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,” sebagaimana yang telah kita bahas pada pembahasan sebelumnya.

“Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(QS. Ar-Rahman: 55: 46)

Yaitu barangsiapa yang merasa takut terhadap pertanggungjawaban di hadapan Tuhannya pasti ia akan menunaikan ketaatan kepada-Nya, takut akan siksa-Nya maka baginya ada dua surga, dalam pertengahan ayat disebutkan, “Dan selain dari dua surga itu ada surga lagi,” jumlahnya empat surga bagi orang yang merasa takut terhadap pertanggungjawaban di hadapan Tuhan-Nya, tetapi masing-masing berbeda derajatnya. Semoga kita termasuk di dalamnya dengan karunia dan kemuliaan-Nya.

Adapun hadits-hadits yang disebutkan sangatlah banyak namun yang kita sebutkan disini hanya satu, yaitu:

Hadits no. 395
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضَيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ: « إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مُثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرَّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزقِةِ، وَأَجلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقيٌّ أَوْ سَعِيدٌ. فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِراعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيََدْخُلُهَا » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang benar dan boleh dipercayai, menceritakan sesuatu kepada kami,

Sesungguhnya seorang manusia mula diciptakan dalam perut ibunya setelah diproses selama 40hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah pada 40 hari berikutnya. Lalu menjadi segumpal daging pada 40 hari berikutnya. Kemudian setelah itu Allah pun mengutuskan seorang malaikat untuk meniupkan roh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang daripada yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun suratkan takdir rupanya menetapkan baginya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya dia pun masuk neraka. Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara dia dan neraka hanya satu hasta, namun suratan takdir telah menetapkan baginya dia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya dia pun masuk surga.

[Shahih Al-Bukhari no. 3208. Muslim no. 2643]

Penjelasan.

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Bab takut kepada Allah dan larangan merasa aman dari siksa Allah.” Ia menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang manusia mula diciptakan dalam perut ibunya setelah diproses selama 40hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah pada 40 hari berikutnya. Lalu menjadi segumpal daging pada 40 hari berikutnya. Kemudian setelah itu Allah pun mengutuskan seorang malaikat untuk meniupkan roh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang daripada yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun suratkan takdir rupanya menetapkan baginya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya dia pun masuk neraka. Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara dia dan neraka hanya satu hasta, namun suratan takdir telah menetapkan baginya dia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya dia pun masuk surga.”

Perkataan Ibnu Mas'ud, “Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam seorang yang benar dan boleh dipercayai,” yaitu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam selalu benar ucapannya dan dapat dipercayai setiap wahyu yang turun dan dikatakan kepadanya. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam orang yang jujur, tidak menyampaikan sesuatu kecuali yang benar, dapat dipercaya yang tidak menginformasikan sesuatu kecuali berdasarkan pada kebenaran. Shalawat dan salam semoga tercurah kepadanya.

Ibnu Mas'ud menyampaikan pendahuluan ini kerana ingin menyampaikan masalah ghaib yang terjadi dalam tiga kegelapan, Sesungguhnya seorang manusia mula diciptakan dalam perut ibunya setelah diproses selama 40hari berupa air mani,” setelah suami isteri berhubungan badan, menyiramkan air mani ke dalam rahimnya dan air mani itu tetap seperti itu selama 40 hari, ia berubah sedikit demi sedikit menjadi kemerahan sehingga sempurna 40 hari.

Setelah sempurna 40 hari, warnanya yang kemerahan kemudian berubah menjadi segumpal darah yang menempel, dan selama 40 hari ia menempel menjadi gumpalan, semakin mengeras sedikit demi sedikit sehingga sempurna delapan puluh hari.

Setelah sempurna delapan puluh hari lalu berubah menjadi segumpal daging, Allah Ta'ala berfirman,

“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.” (QS. Al-Hajj: 22: 5)

Kemudian bentuk itu tetap selama 40 hari, tercipta dari sejak delapan puluh satu hari sampai seratus dua puluh hari, biasanya janin itu tidak jelas sempurna bentuknya kecuali setelah berumur sembilan puluh hari.

Jika segumpal darah itu telah melewati masa empat puluh hari, Allah mengutus malaikat yang membawa tugas mulia ini, Allah Ta'ala berfirman,

“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan dia sendiri.” 
(QS. Al-Muddatstsir: 74: 31)

Malaikat adalah tentara Allah Ta'ala yang masing-masing memiliki tugas. Di antaranya mereka ada yang bertugas meniupkan ruh dalam rahim, mencabut nyawa, menulis setiap amal, menjaga setiap manusia dan sebagainya. Tugas agung ini merupakan perintah Allah Ta'ala.

Kemudian malaikat peniup ruh tersebut datang, lalu meniupkan ruh dengan izin Allah Ta'ala, ruh ini merupakan urusan yang hanya diketahui oleh Allah, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” 
(QS. Al-Isrâ: 17: 85)

Malaikat ini meniupkannya ke dalam janin yang masih berupa segumpal daging ini, belum ada gerakan, perasaan atau yang lainnya. ketika ruh ini ditiupkan ke dalam jasad, ia berjalan seperti halnya api yang berjalan pada arang dengan izin Allah, atau seperti lumpur pada tempat yang kering. Ia berjalan dalam jasad sedikit demi sedikit sehingga masuk semua dan akhirnya menjadi manusia sempurna yang bergerak seperti yang dapat dirasakan oleh ibunya setelah berusia seratus dua puluh hari. Pada saat itu ia sempurna menjadi manusia, adapun sebelumnya belum dikatakan manusia.

Jika janin gugur sebelum sempurna usia seratus dua puluh hari, maka belum berlaku hukum shalat jenazah baginya, tetapi dikuburkan di mana saja dan tidak dishalatkan. Tetapi jika usianya telah sempurna seratus dua puluh hari atau empat bulan, maka ia telah sempurna menjadi manusia. Jika ia gugur setelah itu, maka ia wajib dimandikan, dikafani, dishalatkan, walaupun hanya sebesar tangan. Ia tetap dishalatkan dan dikuburkan di makam kaum muslimin jika keluarganya mukmin.

Akan tetapi jika berasal dari keluarga Nasrani yakni ibu bapanya Nasrani, maka jangan dikuburkan di perkuburan kaum muslimin, bahkan langsung dikuburkan tanpa dimandikan dan dikafani, walaupun ia masih kecil, kerana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang anak orang-orang musyrik,

“Mereka merupakan bagian dari keluarga itu.

[Shahih Al-Bukhari no. 7074]

Yang terpenting apabila usianya telah sempurna empat bulan maka ia harus dimandikan, dikafani dishalatkan dan dikuburkan dalam pemakaman kaum muslimin, juga diberi nama dan diakikahi. Ini menurut pendapat yang kuat, agar menjadi syafaat kedua orang tuanya pada hari kiamat, kerana ia akan dibangkitkan pada hari itu.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Kemudian setelah itu Allah pun mengutuskan seorang malaikat untuk meniupkan roh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya,” maksudnya ditetapkan rezekinya adalah sedikit atau banyak, bila datangnya dan berkurang atau tidak? Semuanya telah ditentukan secara sempurna.

Ajalnya telah ditentukan, semua ketentuan ajalnya telah tercatat secara sempurna, hari apa, di mana, jam berapa, dalam keadaan bagaimana, jauh atau dekat, apa sebab kematiannya, semuanya telah tercatat dengan sempurna.

Amalnya telah ditentukan, baik atau buruk, bermanfaat untuk orang lain atau hanya untuk kemaslahatan dirinya sendiri, dan sebagainya semuanya telah tercatat dengan sempurna.

Perjalanan hidupnya juga telah ditentukan, yaitu bahagia atau sengsara. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

“Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas lega dengan merintih, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Dan adapun orang-orang yang bahagia, maka (tempatnya) di dalam surga; mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tidak ada putus-putusnya.”  (QS. Hud: 11: 106-108)

Semua ini telah tercatat, tetapi di mana tertulis? Banyak dalil yang menunjukkan bahwa takdir ini tercatat di atas keningnya. Kemudian timbul pertanyaan bagaimana mungkin semua ini tercatat dalam keningnya? Jawabannya jangan menanyakan masalah ghaib, memangnya anda siapa sehingga bertanya-tanya urusan yang ghaib. Katakan aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan bertanya bagaimana?

Sebagaimana penemuan teknologi zaman moden sekarang ini, seperti disket komputer yang hanya sebesar telapak tangan seseorang dapat menulis ribuan kata, ini adalah buatan manusia! Apalagi dengan ciptaan Allah Ta'ala?

Yang penting, inilah pemberitahuan dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam yang kita tidak akan mungkin mengetuinya dengan indra, kewajipan kita hanyalah meyakini dan menerima. Kerana jika anda tidak meyakininya kecuali dengan apa yang terbukti, maka anda bukanlah termasuk orang yang beriman terhadap hal-hal yang ghaib. Orang yang beriman kepada hal ghaib itu menerima setiap yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sikapnya hanya mengatakan, “Aku percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan membenarkan setiap yang datang dari keduanya.”

Sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang daripada yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun suratkan takdir rupanya menetapkan baginya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya dia pun masuk neraka.

Ketahuilah hadits ini terikat dengan lafazh lain, yaitu orang itu beramal dengan amal ahli surga menurut kecamata manusia, tetapi pada hakikatnya ia beramal dengan amalan penghuni neraka. Tetapi bagi orang yang beramal amalan ahli surga dengan penuh keikhlasan, maka Allah tidak akan menelantarkanmu, Allah lebih mulia dibandingkan hamba-Nya. Barangsiapa yang melakukan amalan ahli surga dengan penuh keikhlasan Allah -semoga kita termasuk di antaranya- maka Allah tidak akan pernah menelantarkannya, bahkan amalan yang menurut kecamata manusia.

Dalil untuk hal ini adalah sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari bahwasanya ada seseorang yang berperang bersama Rasullullah shallallahu'alaihi wa sallam dengan berani menghadapi musuh, menumpaskan setiap musuh yang berada di hadapannya. Kemudian orang-orang terkagum-kagum dengan kepahlawanannya, lalu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh dia termasuk penghuni neraka.

[Shahih Al-Bukhari no. 2898, 4202, 4207]

Nauzubillah, seorang yang pemberani ini masuk neraka? Selanjutnya hal itu menjadikan para sahabat penasaran dan bertanya-tanya, mereka sangat khawatir, bagaimana ia termasuk penghuni neraka?

Kemudian seseorang berkata, “Demi Allah, aku akan mengikuti jejak dan mengawasinya, agar aku menyaksikan bagaimana akhir kehidupan orang ini?” Ia mendekatinya dan di tengah berkecamuknya peperangan lelaki itu terkena panah dan kalut, ia mengambil pedangnya lalu menempatkan di dadanya, ia bersandar di atas pedangnya sampai pedang itu keluar menembus punggungnya, ia melakukan bunuh diri kerana kalut (putus asa), kemudian ia menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah,” Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bertanya, “Kenapa? Orang itu menjawab, “Sungguh ia termasuk penghuni neraka kerana ia telah melakukan begini, dan begitu.

Kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya orang itu benar-benar sedang mengamalkan amalan ahli surga menurut kacamata manusia.” Segala puji bagi Allah yang telah membuat batasan ini. Orang itu mengerjakan suatu amalan yang menurut kacamata manusia adalah baik, sedangkan ia termasuk penghuni ahli neraka. Manusia mengira shalih, tetapi dalam hatinya terdapat kerusakan, dan akhirnya termasuk penghuni neraka.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Ibu Mas'ud, “Dan salah seorang di antara kamu sekalian beramal dengan amal ahli neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka hanya sehasta, tetapi kerana ia telah tercatat sebagai ahli surga, kemudian ia mengamalkan amalan ahli surga sampai akhirnya dia masuk surga.

Hadits ini kebalikan dari yang pertama, yang pertama dikuatkan oleh kisah seorang lelaki pemberani, yang kedua ini juga dikuatkan dengan sebuah kisah pada masa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Ada seorang yang bernama Al-Ushairim dari kabilah Bani Abdul Al-Asyhal, seorang kafir yang sangat menentang dakwah kaum muslimin. Ketika perang Uhud, orang-orang Madinah keluar untuk berperang, kemudian Allah Ta'ala menurunkan hidayah ke dalam hatinya dan ia masuk Islam, ia pun keluar ikut berjihad.

Kemudian setelah peperangan berakhir banyak kaum muslimin mati syahid, lalu para sahabat memeriksa mereka, ternyata di sana terdapat Al-Ushairim ini. Salah seorang dari kaumnya bertanya kepadanya, “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke sini?” Kami tahu bahwa kamu termasuk orang yang menentang dakwah ini, apakah kedatangan hanya untuk membela kaummu atau ingin masuk Islam?” Dia menjawab, “Aku ingin masuk Islam, mohon sampaikan salam aku kepada Rasulullah, sampaikan bahwa aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya dan syahid, kemudian para sahabat mengadukan hal itu kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dan saya kira Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, ia termasuk dari penghuni surga. 

[Hadits Hassan, di riwayatkan oleh imam Ahmad dalam kitab Musnadnya (5/428) dari hadits Ibnu Ishaq ia menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam jelas menyabdakan itu]

Orang ini menghabiskan seluruh hidupnya dalam kekufuran dan menentang Islam, melawan orang-orang muslim, tetapi akhir hidupnya begitu mengharukan. Selama hayat ia melakukan amalan penghuni neraka, sehingga jarak antara dia dengan neraka hanya sehasta, tetapi kerana dia telah tercatat sebagai penghuni surga, dia pun melakukan amalan ahli surga sampai akhirnya dia masuk surga.

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan hadits ini untuk mengingatkan kita agar senantiasa takut dan berharap kepada Allah, kita takut dari fitnah yang menimpa kita. Oleh kerana itu, hendaknya seseorang selalu berdoa memohon keteguhan iman kepada Allah, “Ya Allah, teguhkan kami dengan ucapan yang kuat.” Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam selalu berdoa kepada Allah,

“Ya Allah, yang membolak-balikkan hati manusia, teguhkan hati kami pada agamamu, Ya Allah, yang mengalihkan hati manusia, alihkan hatiku untuk tetap taat kepada-Mu. 

[Hadits Hassan, diriwayatkan At-Tirmidzi no. 2140, 3522, Ibnu Majah no. 3834. Hadits ini di shahihkan oleh Al-Albani rahimahullah dalam kitab Zhilalul Jannah no. 223 dan Ibnu Syaibah dalam Takhrijul Iman no. 55-58]

Hadits no. 396
وَعَنْه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pada Hari Kiamat, Neraka Jahanam itu akan didatangkan 70 000 tali kekang, tiap-tiap tali itu ditarik oleh 70 000 malaikat.

[Shahih Muslim no. 2842]

Hadits no. 397.
وَعَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، رَضِىَ اللَّهُ عَنْهٌمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ، يَقُولُ: « إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيامَة لَرَجُلٌ يُوضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ مَا يَرَى أَنَّ أَحدًا أَشَدُّ مِنْه عَذَابًا، وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Nu'man bin Basyir radhiyallahu anhu dia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya seringan-ringan seksaan penduduk neraka pada Hari Kiamat. Yaitu seorang lelaki yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali di letakkan pada dua tapak kakinya (dua bara api neraka). lalu menggelegakla (mendidih) otaknya. Sedangkan dia melihat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat seksaanya daripada itu. Padahal itu adalah seksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.

[Shahih Al-Bukhari no. 6561, 6562. Muslim no. 213]

Hadits no. 398.
وَعَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تأْخُذُهُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى حُجْزتِهِ، وِمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ada dari kalangan mereka (ahli neraka) api neraka menyambarnya hingga pada kedua buku lalinya, ada dari dikalangan mereka yang menyambar akannya api neraka hingga kedua lututnya, ada dari dikalangan mereka yang menyambarlah oleh api neraka ke akannya hingga dua pinggangnya dan ada dari kalangan mereka yang menyambarlah akannya api neraka sampai di tulang lehernya.”

[Shahih Muslim no. 284]

(اَلتَّرْقُوةُ) dengan fathah ta' dan dhammahnya 'qaf' ialah tulang selangka, dan setiap manusia mempunyai dua ketul tulang ini yang terletak ditepi lehernya.

Hadits no. 399.
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهٌمَا أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى يَغِيبَ أَحَدُهُمْ فِي رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Akan berdirilah manusia untuk berjumpa Tuhan sekalian alam, (yakni berdiri bangun dari masing-masing kuburnya untuk diadili dan dihisab atau diperhitungkan amalannya sewaktu di dunia) sehingga ada salah seorang diantara mereka yang tengelam dalam keringatnya sendiri  bahkan genangan keringatnya mencecah pertengahan kedua daun telinganya.

[Shahih Al-Bukhari no. 4938. Muslim no. 2862]

Kalimah (اَلرَّشْحُ) bermakna peluh.

Hadits no. 400.
وَعَنْ أَنَسٍ، رَضَيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، خُطْبَةً مَا سَمِعْتُ مِثْلَهَا قَطُّ، فَقَالَ: « لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا » فَغَطَّى أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجُوهَهمْ، وَلهُمْ خَنينٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Anas radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah kepada kami suatu khutbah yang belum pernah aku dengar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu semua akan sedikit sekali tertawa dan pasti akan banyak menangis.” Kemudian para sahabat Rasulullah menutup wajah mereka sambil menangis teresak-esak.

[Shahih Al-Bukhari no. 4621. dan Muslim no. 2359]

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa satu berita tentang para sahabat sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berdiri dan berkhutbah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya surga dan neraka itu telah diperlihatkan kepadaku. Aku tidak pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, maka kamu semua pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis.

Anas berkata, Tidak ada hari yang lebih berat daripada hari itu yang pernah dialami oleh para sahabat Rasulullah. Mereka menutupi kepala mereka dan menangis teresak-esak.

Hadits no. 401.
وَعَنُ الْمِقْدَادِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: « تُدْنَي الشَّمْسُ يَومَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِِيلٍ » قَالَ سُلَيمُ بْنُ عَامرٍ الرَّاوِي عَنْ الْمِقْدَادِ: فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ، أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الَّذي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ « فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكون إِلَى حِقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا » وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيدِهِ إِلَى فِيهٌ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Al-Miqdad radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pada Hari Kiamat, matahari didekatkan kepada para makhluk. Sehingga jadilah matahari itu didekatkan mereka itu seperti jarak kira-kira satu mil (batu).

Berkatalah Sulaim bin Amir yang meriwayatkan daripada Al-Miqdad, berkata, Demi Allah, aku tidak ketahui apakah yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mil itu, adakah ia ukuran jarak bumi atau mil yang dimaksudkan dengannya yaitu batang celak yang biasa dipakai untuk mencelaki mata?” 
Al-Miqdada berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, 

Maka jadilah manusia nanti, (tenggelam) dalam peluh mereka sesuai dengan amal perbuatannya. Maka ada dari dikalangan mereka yang peluhnya hinggga dua buku lali, dan ada dari kalangan mereka yang peluhnya hingga kedua lutut, ada dari kalangan mereka pula peluhnya yang hingga ke pinggang, dan ada dari kalangan mereka pula yang mengekanglah akannya oleh peluhnya satu kekangan mulutnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  memberikan isyarat dengan tangan ke arah mulut Rasulullah.

[Shahih Muslim no. 2864]

Hadits no. 402.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Pada hari Kiamat manusia akan berpeluh, sehingga peluhnya itu turun ke dalam bumi sedalam 70 hasta, dan mereka akan tenggelam dalam lautan peluhnya sehingga ada yang mencapai telinga mereka.

[Shahih Al-Bukhari no. 6532. Muslim no. 2863]

Makna (يَذْهَبُ فِي الْأَرْضِ) ialah turun dan menyelam.

Hadits no. 403.
وَعَنْهُ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ: « هَلْ تَدْرُونَ مَا هَذَا؟ » قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَريفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا، فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Ketika kami bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, Adakah kamu, tahu bunyi apakah itu?

Kami menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ini adalah bunyi batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu. Batu itu sekarang baru sampai ke dasar neraka, maka kamu semua dapat mendengar bunyi batu itu terjatuh.

[Shahih Muslim no. 2864]

Hadits no. 404.
وَعَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تَرْ جَمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ، فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أشْأمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَّارِ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ، فَاتَّقُوا النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Adi bin Hatim radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidak ada dari kalangan kamu semua, melainkan Tuhannya akan berbicara dengannya, tidak ada antara dia dengan Tuhannya pihak ketiga (jurubicara). Kemudian dia melihat ke kanan, tidak kelihatan apa-apa kecuali amalan yang pernah dilakukannya, dia melihat ke kiri, tidak kelihatan apa-apa kecuali amal yang pernah dilakukannya, dan dia melihat ke hadapan, tidak kelihatan apa-apa kecuali neraka yang berada di hadapan mukanya, maka takutlah kamu semua akan api neraka walaupun hanya bersedekah dengan separuh buah tamar.

[Shahih Al-Bukhari no. 1413. dan Muslim no. 1016]

Hadits no. 405.
وَعَنْ أبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنِّي أَرَى مَالَا تَرَوْنَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا للَّهِ تَعَالَى، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتمْ قَلِيلاً، وَلَبكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذتُم بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُوُشِ وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الْصُّعُدَاتِ تَجْأَرُون إِلَى اللَّهِ تَعَالَى » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Zarr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan bergemuruh, dan ia berhak baginya untuk berbunyi dan bergemuruh. Tidak ada tempat seluas empat jari melainkan malaikat meletakkan dahinya dalam keadaan bersujud kepada Allah. Demi Allah, sekiranya kamu semua tahu apa yang aku tahu, maka kamu semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis, kamu semua tidak akan senang-lenang dengan wanita (istri) di atas ranjang, dan niscaya kamu semua akan keluar di tanah lapang untuk memohon pertolongan Allah.

[HR. At-Tirmidzi no. 2312. Ibnu Majah no. 4190. Bazzar no. 3925. Baihaqi no. 783, dinilai Hassan oleh Syaikh Al-Abani dalam As-Sahihah no. 1059, 1060, 1722 dan Sahihul Jami no. 2449]

Perkataan (أَطَّتْ) dengan fathahnya hamzah dan syadahnya ta' dan kalimah (تَئِطُّ) dengan fathahnya ta' dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan. sedangkan kalimah 'atitu', maknanya ialah bunyi atau pelana ataupun yang lainnya. Maksudnya ialah kerana banyaknya malaikat di langit yang beribadah, telah memyebabkan langit itu menjadi berat, sehingga berbunyi. Sedangkan kalimah (اَلْأَطِيطُ) dengan dihammahnya sad dan 'ain ertinya jalan. Adapun kalimah (تَجْأَرُونَ) ertinya memohon pertolongan.

Hadits no. 406
وَعَنْ أبِي بَرْزَة بِراءٍ ثُمَّ زَايٍ نَضْلَةَ بْنِ عُبَيْدٍ الْأَسْلَمِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ فِيهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَن جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيِثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Daripada Abu Barzah (dengan huruf ra kemudian zai) Nadhlah bin Ubaid Al-Aslami radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tetaplah kedua kaki seseorang hamba pada hari kiamat itu (berdiri) sehingga dia akan ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang amalannya untuk apa dia pergunakan, dan daripada tentang hartanya, dari mana dia perolehi dan untuk apa dia belanjakannya dan tentang jasadnya untuk apa dia gunakannya. (yakni sampai matinya itu digunakan apa).

[HR. At-Tirmidzi no. 2417. Darimi no. 537 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 946 dan Sahihul Jami no. 7300]

Hadits no. 407.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } ثُمَّ قَالَ: « أَتَدْرُونَ مَا أَخَبَارُهَا؟ » قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: « فَإِنَّ أَخْبَارَها أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا، تَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا » رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat, Yaumaizin tuhaddisu akhbaraha.(Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya). (QS. Az-Zalzalah: 99: 4)

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, Tahukah kamu semua, apa yang diberitakan oleh bumi? 

Para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya berita bumi itu ialah bumi menjadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik lelaki mahupun perempuan, yang mereka lakukannya di atasnya. Bumi itu akan berkata, Kamu telah lakukan begini dan begitu pada hari ini dan hari itu. Maka inilah yang diberitakan oleh bumi.

[HR. At-Tirmidzi no. 2429, 3353 dinilai Dhaif oleh Syaikh Al-Albani dalam Da'if At-Tirmidzi no. 428]

Hadits no. 408.
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ، وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ » فَكَأَنَّ ذَلِكَ ثَقُلَ عَلى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُمْ: « قُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوكِيلُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيَّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bagaimana aku dapat senang-senang dan sedangkan (malaikat) peniup sangkakala itu, dia telah meletakkan sangkakala (terompet) ke mulutnya, dan mempersiapkan pendengarannya untuk menanti perintah untuk meniupnya, (sebagai tanda sudah dekat kiamat) sehingga dia segera meniupnya. Sepertinya berita ini terasa berat sekali oleh para sahabat, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ucaplah, Hasbunallahu wa ni'mal wakil.” (Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong).

[HR. At-Tirmidzi no.  2431, 3243 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 1079 dan Sahihul Jami no. 4592]

kalimah (اَلْقَرْنُ) ialah sangkakala yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran, Dan sangkakala pun ditiup. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits no. 409.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهْ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ، بَلَغَ الْمَنْزلَ ألاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَاليةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang takut (melakukan perjalanan di malam hari) maka niscaya dia akan bermusafir di awal malam, dan barangsiapa yang berjalan di awal malam niscaya dia akan sampai ke tempat tinggalnya, ketahuilah sesungguhnya barangan Allah itu mahal, ketahuilah sesungguhnya barangan Allah itu adalah surga.

[HR. At-Tirmidzi no. 2450 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 2335]

lafaz (أَدْلَجَ) dengan sukunnya dal, artinya berjalan di waktu permulaan malam, Maksudnya supaya kita semua rajin berusaha dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Syarah Riyadhus Shalihin Bab 78. Perintah Bagi Para Penguasa Untuk Bersikap Lembut Dan Kasih Sayang Terhadap Rakyat Serta Larangan Menipu Rakyat Atau Berlaku Keras Terhadap Mereka Juga Mengabaikan Keperluan mereka.

  Allah ﷻ berfirman : ۞وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ۞ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman...