۞وَإِيَّـٰىَ فَارْهَبُونِ۞
“Dan kepada Aku-lah sahaja hendaknya kamu berasa gerun dan takut, (bukan kepada sesuatu yang lain).”
(QS. Al-Baqarah: 2: 40)
Allah ﷻ berfirman:
۞إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِ يدٌ۞
“Sesungguhnya azab Tuhanmu (terhadap orang yang kufur dan ingkar) amatlah berat.” (QS. Al-Buruj: 85: 12)
Allah ﷻ berfirman:
۞وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ، إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ، وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلَّا لِأَجَلٍ مَعْدُودٍ، يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ۞
“Dan demikian siksa Tuhanmu, apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk). Dan Kami tidak akan menunda, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan. Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang bahagia. Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih.” (QS. Hud: 11: 102-106)
Allah ﷻ berfirman:
۞وَيُحَذِّ كُمُ اللهُ نَفْسَهُ۞
“Dan Allah memperingatkan kamu akan dari (siksa)-Nya.” (QS. Âli-Imrân: 3: 28)
Allah ﷻ berfirman:
۞يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ، وأُمِّهِ وَأَبِيهِ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ۞
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. Abasa: 80: 34-37)
Allah ﷻ berfirman:
۞يَـٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ، يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُمْ بِسُكَارَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ ۞
“Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu! Sesungguhnya, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi adzab Allah itu sangat keras.”
(QS. Al-Hajj: 22: 1-2)
Allah ﷻ berfirman:
۞وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ۞
“Dan orang yang takut akan keadaan dirinya di makamah Tuhannya (untuk dihitung amalnya), disediakan baginya dua surga.”
(QS. Ar-Rahman: 55: 46)
Allah ﷻ berfirman:
۞وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَآءَلُونَ، قَالُوٓا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِيٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ، فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَـٰنَا عَذَابَ السَّمُومِ، إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ۞
“Dan (dengan berada dalam nikmat itu) mereka berhadapan-hadapan satu sama lain sambil bertanya-tanya. Mereka berkata, “Sesungguhnya kami dahulu, semasa berada dalam kalangan keluarga kami, selalu berasa cemas takut (daripada berlaku derhaka kepada Allah), maka Allah Ta'ala mengurniakan kami (rahmat dan taufik-Nya), serta memelihara kami daripada azab neraka. “Sesungguhnya kami dahulu tetap menyembah-Nya (dan memohon pertolongan-Nya). Kerana sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Melimpah Kebaikan, Maha Penyayang.” (QS. At-Tur: 52: 25-28)
Penjelasan.
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan Bab, “Takut kepada Allah.” Kepada siapakah seharusnya kita takut? Seharusnya kita hanya takut kepada Allah Ta'ala, kerana seseorang yang menyembah Allah, ia harus merasa takut dan penuh harap kepada-Nya. Ia takut ketika mengingat begitu banyak dosa dan keburukan yang telah diperbuatnya, ia takut tatkala ia melihat amal baiknya yang terkadang tersisipkan di dalamnya rasa sombong, takabbur dan riya. Tetapi ketika ia mengingat ampunan Allah, maghfirah-Nya, kemuliaan, kelembutan dan rahmat-Nya, maka ia begitu berharap, rasa takut dan harapan selalu silih berganti.
Allah Ta'ala berfirman, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan.” yaitu setelah mereka melakukan amal shalih, “Dengan hati yang takut.” khawatir kalau amalan mereka tertolak.
“Bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya.”
(QS. Al-mu'minûn: 23: 60)
Maka hendaknya bahkan wajib bagi setiap orang yang meniti jalan menuju keridhaan Allah selalu berkisar antara rasa takut dan harapan, tetapi manakah yang harus lebih dikedepankan, harapankah? Rasa takutkah? Atau menjadikan keduanya seimbang?
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Hendaknya seseorang menyatukan antara rasa takut dan harapannya, jika salah satunya dikedepankan maka ia akan binasa. Apabila harapannya itu dikedepankan maka ia termasuk orang yang merasa selamat dari adzab Allah. Namun jika rasa takutnya yang dikedepankan, maka ia termasuk orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah, hal itu sangatlah buruk, maka hendaknya ia menyatukan antara rasa takut dan harapannya.”
Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah ini, di antaranya firman Allah Ta'ala, “Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.” Yaitu Allah Ta'ala memperingatkan kita akan siksa-Nya terhadap kita atas kemaksiatan dan dosa yang kita perbuat.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangatlah keras.”
(QS. Al-Hajj: 22: 1-2)
Seseorang juga wajib takut terhadap hari yang begitu dahsyat ini (kiamat) sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, “(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya,” dikeranakan huru hara dan keterkejutan yang mereka saksikan, “Dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,” mereka bingung, mereka sudah tidak bisa berpikir lagi seperti orang mabuk tetapi mereka tidaklah mabuk, “Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangatlah kerasnya.”
Allah Ta'ala berfirman, “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,” sebagaimana yang telah kita bahas pada pembahasan sebelumnya.
“Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga.”
(QS. Ar-Rahman: 55: 46)
Yaitu barangsiapa yang merasa takut terhadap pertanggungjawaban di hadapan Tuhannya pasti ia akan menunaikan ketaatan kepada-Nya, takut akan siksa-Nya maka baginya ada dua surga, dalam pertengahan ayat disebutkan, “Dan selain dari dua surga itu ada surga lagi,” jumlahnya empat surga bagi orang yang merasa takut terhadap pertanggungjawaban di hadapan Tuhan-Nya, tetapi masing-masing berbeda derajatnya. Semoga kita termasuk di dalamnya dengan karunia dan kemuliaan-Nya.
Adapun hadits-hadits yang disebutkan sangatlah banyak namun yang kita sebutkan disini hanya satu, yaitu:
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضَيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ: « إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مُثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرَّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزقِةِ، وَأَجلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقيٌّ أَوْ سَعِيدٌ. فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِراعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيََدْخُلُهَا » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang benar dan boleh dipercayai, menceritakan sesuatu kepada kami,
“Sesungguhnya seorang manusia mula diciptakan dalam perut ibunya setelah diproses selama 40hari, dari air mani. Kemudian menjadi segumpal darah pada 40 hari berikutnya. Lalu menjadi segumpal daging pada 40 hari berikutnya. Kemudian setelah itu Allah pun mengutuskan seorang malaikat untuk meniupkan roh ke dalam dirinya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh ada seseorang daripada yang mengerjakan amal perbuatan ahli surga, hingga jarak antara antara dirinya dan surga hanyalah satu hasta, namun suratkan takdir rupanya menetapkan baginya sehingga dia mengerjakan amal perbuatan ahli neraka dan akhirnya dia pun masuk neraka. Ada pula orang yang mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, hingga jarak antara dia dan neraka hanya satu hasta, namun suratan takdir telah menetapkan baginya dia mengerjakan amal perbuatan ahli surga dan akhirnya dia pun masuk surga.”
[Shahih Al-Bukhari no. 3208. Muslim no. 2643]
Hadits no. 396.
وَعَنْه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada Hari Kiamat, Neraka Jahanam itu akan didatangkan 70 000 tali kekang, tiap-tiap tali itu ditarik oleh 70 000 malaikat.”
[Shahih Muslim no. 2842]
Hadits no. 397.
وَعَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، رَضِىَ اللَّهُ عَنْهٌمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ، يَقُولُ: « إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيامَة لَرَجُلٌ يُوضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ مَا يَرَى أَنَّ أَحدًا أَشَدُّ مِنْه عَذَابًا، وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Nu'man bin Basyir radhiyallahu anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya seringan-ringan seksaan penduduk neraka pada Hari Kiamat. Yaitu seorang lelaki yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali di letakkan pada dua tapak kakinya (dua bara api neraka). lalu menggelegakla (mendidih) otaknya. Sedangkan dia melihat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat seksaanya daripada itu. Padahal itu adalah seksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.”
[Shahih Al-Bukhari no. 6561, 6562. Muslim no. 213]
Hadits no. 398.
وَعَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تأْخُذُهُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى حُجْزتِهِ، وِمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada dari kalangan mereka (ahli neraka) api neraka menyambarnya hingga pada kedua buku lalinya, ada dari dikalangan mereka yang menyambar akannya api neraka hingga kedua lututnya, ada dari dikalangan mereka yang menyambarlah oleh api neraka ke akannya hingga dua pinggangnya dan ada dari kalangan mereka yang menyambarlah akannya api neraka sampai di tulang lehernya.”
[Shahih Muslim no. 284]
(اَلتَّرْقُوةُ) dengan fathah ta' dan dhammahnya 'qaf' ialah tulang selangka, dan setiap manusia mempunyai dua ketul tulang ini yang terletak ditepi lehernya.
Hadits no. 399.
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهٌمَا أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ حَتَّى يَغِيبَ أَحَدُهُمْ فِي رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan berdirilah manusia untuk berjumpa Tuhan sekalian alam, (yakni berdiri bangun dari masing-masing kuburnya untuk diadili dan dihisab atau diperhitungkan amalannya sewaktu di dunia) sehingga ada salah seorang diantara mereka yang tengelam dalam keringatnya sendiri bahkan genangan keringatnya mencecah pertengahan kedua daun telinganya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 4938. Muslim no. 2862]
Kalimah (اَلرَّشْحُ) bermakna peluh.
Hadits no. 400.
وَعَنْ أَنَسٍ، رَضَيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، خُطْبَةً مَا سَمِعْتُ مِثْلَهَا قَطُّ، فَقَالَ: « لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا » فَغَطَّى أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجُوهَهمْ، وَلهُمْ خَنينٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu semua akan sedikit sekali tertawa dan pasti akan banyak menangis.” Kemudian para sahabat Rasulullah menutup wajah mereka sambil menangis teresak-esak.”
[Shahih Al-Bukhari no. 4621. dan Muslim no. 2359]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa satu berita tentang para sahabat sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berdiri dan berkhutbah, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya surga dan neraka itu telah diperlihatkan kepadaku. Aku tidak pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, maka kamu semua pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas berkata, “Tidak ada hari yang lebih berat daripada hari itu yang pernah dialami oleh para sahabat Rasulullah. Mereka menutupi kepala mereka dan menangis teresak-esak.”
Hadits no. 401.
وَعَنُ الْمِقْدَادِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: « تُدْنَي الشَّمْسُ يَومَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِِيلٍ » قَالَ سُلَيمُ بْنُ عَامرٍ الرَّاوِي عَنْ الْمِقْدَادِ: فَوَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ، أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الَّذي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ « فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكون إِلَى حِقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا » وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيدِهِ إِلَى فِيهٌ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Daripada Al-Miqdad radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada Hari Kiamat, matahari didekatkan kepada para makhluk. Sehingga jadilah matahari itu didekatkan mereka itu seperti jarak kira-kira satu mil (batu).”
Berkatalah Sulaim bin Amir yang meriwayatkan daripada Al-Miqdad, berkata, “Demi Allah, aku tidak ketahui apakah yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mil itu, adakah ia ukuran jarak bumi atau mil yang dimaksudkan dengannya yaitu batang celak yang biasa dipakai untuk mencelaki mata?”
Al-Miqdada berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi,
“Maka jadilah manusia nanti, (tenggelam) dalam peluh mereka sesuai dengan amal perbuatannya. Maka ada dari dikalangan mereka yang peluhnya hinggga dua buku lali, dan ada dari kalangan mereka yang peluhnya hingga kedua lutut, ada dari kalangan mereka pula peluhnya yang hingga ke pinggang, dan ada dari kalangan mereka pula yang mengekanglah akannya oleh peluhnya satu kekangan mulutnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan tangan ke arah mulut Rasulullah.
[Shahih Muslim no. 2864]
Hadits no. 402.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
“Pada hari Kiamat manusia akan berpeluh, sehingga peluhnya itu turun ke dalam bumi sedalam 70 hasta, dan mereka akan tenggelam dalam lautan peluhnya sehingga ada yang mencapai telinga mereka.”
[Shahih Al-Bukhari no. 6532. Muslim no. 2863]
Makna (يَذْهَبُ فِي الْأَرْضِ) ialah turun dan menyelam.
Hadits no. 403.
وَعَنْهُ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ: « هَلْ تَدْرُونَ مَا هَذَا؟ » قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَريفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا، فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ini adalah bunyi batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu. Batu itu sekarang baru sampai ke dasar neraka, maka kamu semua dapat mendengar bunyi batu itu terjatuh.”
[Shahih Muslim no. 2864]
Hadits no. 404.
وَعَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تَرْ جَمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ، فَلاَ يَرَى إِلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أشْأمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَلاَ يَرَى إِلاَّ النَّارِ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ، فَاتَّقُوا النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Daripada Adi bin Hatim radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada dari kalangan kamu semua, melainkan Tuhannya akan berbicara dengannya, tidak ada antara dia dengan Tuhannya pihak ketiga (jurubicara). Kemudian dia melihat ke kanan, tidak kelihatan apa-apa kecuali amalan yang pernah dilakukannya, dia melihat ke kiri, tidak kelihatan apa-apa kecuali amal yang pernah dilakukannya, dan dia melihat ke hadapan, tidak kelihatan apa-apa kecuali neraka yang berada di hadapan mukanya, maka takutlah kamu semua akan api neraka walaupun hanya bersedekah dengan separuh buah tamar.”
[Shahih Al-Bukhari no. 1413. dan Muslim no. 1016]
Hadits no. 405.
وَعَنْ أبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنِّي أَرَى مَالَا تَرَوْنَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا للَّهِ تَعَالَى، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتمْ قَلِيلاً، وَلَبكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذتُم بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُوُشِ وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الْصُّعُدَاتِ تَجْأَرُون إِلَى اللَّهِ تَعَالَى » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Zarr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan bergemuruh, dan ia berhak baginya untuk berbunyi dan bergemuruh. Tidak ada tempat seluas empat jari melainkan malaikat meletakkan dahinya dalam keadaan bersujud kepada Allah. Demi Allah, sekiranya kamu semua tahu apa yang aku tahu, maka kamu semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis, kamu semua tidak akan senang-lenang dengan wanita (istri) di atas ranjang, dan niscaya kamu semua akan keluar di tanah lapang untuk memohon pertolongan Allah.”
[HR. At-Tirmidzi no. 2312. Ibnu Majah no. 4190. Bazzar no. 3925. Baihaqi no. 783, dinilai Hassan oleh Syaikh Al-Abani dalam As-Sahihah no. 1059, 1060, 1722 dan Sahihul Jami no. 2449]
Perkataan (أَطَّتْ) dengan fathahnya hamzah dan syadahnya ta' dan kalimah (تَئِطُّ) dengan fathahnya ta' dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan. sedangkan kalimah 'atitu', maknanya ialah bunyi atau pelana ataupun yang lainnya. Maksudnya ialah kerana banyaknya malaikat di langit yang beribadah, telah memyebabkan langit itu menjadi berat, sehingga berbunyi. Sedangkan kalimah (اَلْأَطِيطُ) dengan dihammahnya sad dan 'ain ertinya jalan. Adapun kalimah (تَجْأَرُونَ) ertinya memohon pertolongan.
Hadits no. 406
وَعَنْ أبِي بَرْزَة بِراءٍ ثُمَّ زَايٍ نَضْلَةَ بْنِ عُبَيْدٍ الْأَسْلَمِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ فِيهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَن جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيِثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
Daripada Abu Barzah (dengan huruf ra kemudian zai) Nadhlah bin Ubaid Al-Aslami radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tetaplah kedua kaki seseorang hamba pada hari kiamat itu (berdiri) sehingga dia akan ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang amalannya untuk apa dia pergunakan, dan daripada tentang hartanya, dari mana dia perolehi dan untuk apa dia belanjakannya dan tentang jasadnya untuk apa dia gunakannya. (yakni sampai matinya itu digunakan apa).”
[HR. At-Tirmidzi no. 2417. Darimi no. 537 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 946 dan Sahihul Jami no. 7300]
Hadits no. 407.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } ثُمَّ قَالَ: « أَتَدْرُونَ مَا أَخَبَارُهَا؟ » قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: « فَإِنَّ أَخْبَارَها أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا، تَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وَكَذَا فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا » رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat, “Yaumaizin tuhaddisu akhbaraha.” (Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya). (QS. Az-Zalzalah: 99: 4)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Tahukah kamu semua, apa yang diberitakan oleh bumi?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya berita bumi itu ialah bumi menjadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik lelaki mahupun perempuan, yang mereka lakukannya di atasnya. Bumi itu akan berkata, “Kamu telah lakukan begini dan begitu pada hari ini dan hari itu. Maka inilah yang diberitakan oleh bumi.”
[HR. At-Tirmidzi no. 2429, 3353 dinilai Dhaif oleh Syaikh Al-Albani dalam Da'if At-Tirmidzi no. 428]
Hadits no. 408.
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ، وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ » فَكَأَنَّ ذَلِكَ ثَقُلَ عَلى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُمْ: « قُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوكِيلُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيَّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ.
Daripada Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bagaimana aku dapat senang-senang dan sedangkan (malaikat) peniup sangkakala itu, dia telah meletakkan sangkakala (terompet) ke mulutnya, dan mempersiapkan pendengarannya untuk menanti perintah untuk meniupnya, (sebagai tanda sudah dekat kiamat) sehingga dia segera meniupnya. Sepertinya berita ini terasa berat sekali oleh para sahabat, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ucaplah, “Hasbunallahu wa ni'mal wakil.” (Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong).
[HR. At-Tirmidzi no. 2431, 3243 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 1079 dan Sahihul Jami no. 4592]
kalimah (اَلْقَرْنُ) ialah sangkakala yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran, “Dan sangkakala pun ditiup.” Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits no. 409.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهْ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ، بَلَغَ الْمَنْزلَ ألاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَاليةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ » رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ.
“Barangsiapa yang takut (melakukan perjalanan di malam hari) maka niscaya dia akan bermusafir di awal malam, dan barangsiapa yang berjalan di awal malam niscaya dia akan sampai ke tempat tinggalnya, ketahuilah sesungguhnya barangan Allah itu mahal, ketahuilah sesungguhnya barangan Allah itu adalah surga.”
[HR. At-Tirmidzi no. 2450 dinilai Shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Sahihah no. 2335]
lafaz (أَدْلَجَ) dengan sukunnya dal, artinya berjalan di waktu permulaan malam, Maksudnya supaya kita semua rajin berusaha dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan